Dari
judulnya aja sudah menggambarkan kalau cerita ini menyedihkan. Tapi sebenarnya
lebih menyedihkannya cerita cinta gue di masa lalu. #EdisiJombloKeingatMantan
Kisah ini
terjadi jauh sebelum negara api menyerang. Ketika itu hubungan sama mantan gue
masih baik-baik aja. Lho kok keluar dari topik sih??
Jadi gini
cerita sebenarnya.....
Pagi itu, hari
Kamis, pukul 6.45 WITA, gue berangkat sekolah dengan suasana hati yang ceria.
Ga biasanya semangat kayak gitu. Iya, asal kalian tau aja, gue itu sering
banget ga mood ke sekolah. Selain karena jiwa gue masih di kasur, gue takut
kalau nantinya ketemu mantan di sekolah. Gue takut kalau dia nagih janji gue.
Ah sudahlaah....
Hari itu
adalah semifinal DBL putri. Dan sekolah gue adalah salah satu semifinalisnya.
Saat itu wajib hukumnya bagi Militan (suporter sekolah gue) untuk menonton atau
mendukung tim basket sekolah, karena tim basket putri ini adalah harapan kami
(Militan) di DBL saat itu karena tim basket putra kami telah tersingkir lebih
dulu dari ajang ini.
DBL ini
diadakan sekali dalam setahun, jadi hari itu gue merapat bersama Militan karena
belum tentu di DBL yang akan datang gue bisa nonton. Selain itu, kepala sekolah
juga memberi dispensasi bagi Militan yang akan berangkat mendukung tim basket
Smansa. Itulah kenapa gue semangat ke sekolah. Dispen cuy.
DBL di
propinsi gue diadakan di GOR Segiri Samarinda. Butuh waktu lebih kurang 3 jam
untuk menempuh perjalanan Balikpapan-Samarinda. Ya tergantung kecepatan
kendaraan juga sih. Sekolah gue memberangkat 6 bus ke Samarinda. Itu berarti
hampir setengah murid Smansa yang berangkat ke sana. Asli, semangat dispen
mereka luar biasa! #GaNgaca. Bus berangkat dari pukul 9 dan tiba di Segiri
pukul 12.30. Itu tandanya sudah masuk waktu dzuhur. Gue dan beberapa teman yang
masih ingat Tuhan pun langsung bergegas mencari mushola terdekat.
Tak butuh
waktu lama bagi kami untuk mencari mushola karena teman-teman gue memang sudah
pernah ke sini sebelumnya. Setelah sampai, kami langsung meletakan tas dan
mengambil air wudhu. Kami hanya punya waktu sekitar 1 jam untuk rehat karena
pertandingan akan dimulai sekitar pukul 13.30.
Setelah
sholat dan berdoa agar dapet jodoh beristirahat sejenak, kami pun
memutuskan untuk mencari makan di warung-warung sekitar GOR karena kami masih ada
waktu lebih kurang 20 menit.
Sial bagi
gue saat itu. Ketika hendak meninggalkan mushola, gue ga ada melihat tas gue di
tempat gue meletakannya. Itu berarti, TAS GUE ILANG!!!. Gue panik, “Ancrit tas
gue manaaa??!”. Gue pun membongkar-bongkar ingatan bersama mantan
tumpukan tas yang ada di teras mushola guna memastikan keberadaan tas gue.
Namun tidak ditemukan. Gue pengen coba telpon Basarnas, namun apa daya gue ga
punya nomor telponnya. Akhirnya gue tanya aja ke teman-teman gue.
Gue : “ Lihat tas gue ga?? “.
Teman gue : “ Ga, emang kenapa? “.
Gue : “ Tas gue ilang cuk! “.
Teman gue : “ Iya kah? Sudah telpon Basarnas belum?
“.
Gue : “ Ga ada nomornya! “.
Dari sekian
teman yang gue tanya, 100% dari mereka pada bilang ga tau.
Isi tas gue
barang berharga semua, kalau ga berharga aja gue rela tas ilang. Isi tas gue:
- Ada tablet
Tau kan
kalau namanya kehilangan tablet (smartphone) itu berarti harus rela kehilangan
data-data di dalamnya, seperti foto-foto mantan, kontak-kontak penting, dan juga chat history......bareng mantan.
- Ada buku
pelajaran
Buku cetak
itu ga murah eh, apalagi beli pakai duit sendiri. Bukan buku cetak aja yang
ilang, buku catatan juga! Bayangin aja, sudah nyatat panjang-panjang,
berlembar-lembar, tau-tau bukunya ilang. Sebagai pelajar yang rajin nyatat, gue
lumayan jengkel. Rasanya sama aja kayak membangun suatu hubungan, eh tiba-tiba
kandas di tengah jalan.
- Ada baju
batik sekolah
Tau sendiri
kan kalau stock kain batik sekolah pasti terbatas, apalagi di tengah semester.
Lha kalau baju ilang, mau nyari di mana? Terus itu jahitnya itu lho, butuh
waktu dan pastinya biaya lagi.
“ Sudah ga
ada harapan “, kata teman gue, Febryan.
Kata-kata
Ryan hampir menggoyahkan tekad pencarian tas gue yang ilang. Namun, demi chat
history mantan, gue bulatkan lagi tekad pencarian tas gue yang ilang itu. Gue
coba lagi membedah seluruh bagian mushola. Mulai dari gerbang, tempat penitipan
alas kaki, tempat sholat, tempat wudhu, dan toilet.
Pencarian
ini hanya membuahkan peluh saja. Sepertinya kata-kata Ryan benar. ‘Sudah ga ada
harapan lagi’. Sepertinya gue memang harus mengubur harapan kalau tas gue bakal
ketemu. Gue harus rela kehilangan tas, termasuk chat history mantan. Gue pun
akhirnya pasrah.
Sudah kehilangan tas, tim basket sekolah juga kalah lagi...
Kejadian
ini semakin menguatkan opini gue kalau hari Kamis itu adalah hari keramat bagi
gue. Sudah banyak banget momen kampret yang telah gue alami di hari tersebut.
Sepertinya hari Kamis memang takkan pernah bersahabat dengan gue.
Ada 4 hal yang dapat gue petik hikmahnya dari kejadian di hari Kamis nan keramat itu.
1. Jangan
meremehkan tempat di mana kamu menitipkan barang, karena musibah seperti kehilangan
barang dapat terjadi di mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja.
2. Jangan
telpon Basarnas ketika barang kamu hilang, apalagi kalo ga punya nomornya.
3. Hubungi
pihak berwajib (polisi, satpam, dan sejenisnya) jika kehilangan barang. FYI: Ketika
itu, gue ga ada kepikiran sama sekali untuk menghubungi pihak berwajib -__-
4. Jangan
pernah menyimpan foto mantan di hp.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar